Semua Gambar di Blog ini Hanya Ilustrasi saja.
Kita semakin diprihatinkan oleh maraknya penjualan gadis dibawah umur atau pelajar SMP sebagai pekerja $eks komersial, kasus baru baru ini memperlihatkan bagaimana wajah surabaya, dimana seorang pelajar smp berusia 15 tahun menjual temannya sendiri mawar (16), melati (17) dan bunga (14). murahnya tarif dan daya tarik usia muda ditengarai sebagai pemicu ledakan permintaan, hal inilah yang mendorong mucikari kian giat menyediakan jasa dan `barang`. tiap tiap mucikari berlomba lomba memenuhi tingginya permintaan pasar ini dengan menyediakan `barang` kualitas terbaik, yang tentunya ditunjang penampilan seksi layaknya seorang yang profesional.Yang mencengangkan adalah dari pengakuan pelaku mereka melakukan making love (ML) umumnya di rumah sendiri, ketika kondisi sedang sepi. Para orangtua, sepertinya harus waspada dengan modus seperti ini. Tidak mudah dan percaya begitu saja meninggalkan anak di rumah sendirian tanpa ada pengawasan.
Kita semakin diprihatinkan oleh maraknya penjualan gadis dibawah umur atau pelajar SMP sebagai pekerja $eks komersial, kasus baru baru ini memperlihatkan bagaimana wajah surabaya, dimana seorang pelajar smp berusia 15 tahun menjual temannya sendiri mawar (16), melati (17) dan bunga (14). murahnya tarif dan daya tarik usia muda ditengarai sebagai pemicu ledakan permintaan, hal inilah yang mendorong mucikari kian giat menyediakan jasa dan `barang`. tiap tiap mucikari berlomba lomba memenuhi tingginya permintaan pasar ini dengan menyediakan `barang` kualitas terbaik, yang tentunya ditunjang penampilan seksi layaknya seorang yang profesional.Yang mencengangkan adalah dari pengakuan pelaku mereka melakukan making love (ML) umumnya di rumah sendiri, ketika kondisi sedang sepi. Para orangtua, sepertinya harus waspada dengan modus seperti ini. Tidak mudah dan percaya begitu saja meninggalkan anak di rumah sendirian tanpa ada pengawasan.
Fenomena yang mulai muncul baru-baru ini menarik untuk dibahas karena tiga hal. Pertama, karena remaja atau ABG merupakan kelompok masyarakat yang paling besar jumlahnya dibandingkan kelompok lain. Oleh karena itu, jika kelompok yang jumlahnya banyak ini berada dalam kondisi moral yang membahayakan nasib dan masa depannya, maka akibatnya tidak hanya untuk yang bersangkutan saja, tetapi juga bagi kelangsungan hidup bangsa pada umumnya, karena para remaja (ABG) merupakan aset bangsa yang ti tangannyalah nasib masa depan bangsa berada. Kedua, para remaja atau ABG secara psikologis termasuk kelompok yang paling mudah mendapatkan pengaruh, jiwanya mudah bergejolak, sebagai akibat dari pribadinya yang belum terbentuk. Keadaan ini perlu mendapatkan perhatian terutama pada era informasi tersebut dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan budaya dan kultural yang tidak selamanya sejalan dengan budaya bangsa kita dan dengan nilai-nilai agama yang dianut. Ketiga, setiap umat manusia mesti mengalami masa remaja atau menjadi ABG.
Dengan demikian, persoalan remaja atau ABG adalah persoalan bersama atau persoalan umat manusia. Karena itu, perlu mendapatkan perhatian kita semua. Saat ini orang tua misalnya merasakan bahwa salah satu masalah yang berat yang dihadapi kedua orang tua adalah bagaimana menyelamatkan anaknya melampaui masa remajanya. Ciri-ciri Remaja Untuk mengidentifikasi masalah remaja atau ABG ini dapat dilihat dari dua segi sebagai berikut : Pertama, dari segi fisik, para remaja atau ABG biasanya mengenakan pakaian rok mini, celana jeans yang ketat, baju kaos yang ketat dengan membuka sebagian anggota tubuhnya yang menarik birahi lawan jenisnya, berambut pendek atau dikuncir, membawa tas kecil yang diletakkan di punggungnya dan lain sebagainya. Kedua, dari fisiologis, para remaja atau ABG biasanya bersifat manja, ingin disayang, menyukai hal-hal yang bersifat santai, tidak suka yang berat-berat, rekreatif, penuh khayal, dan daya fantasi. Karena itu, ABG suka kepada yang menyenangkan selera.
Sebab-sebab Terjadinya ABG Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kenakalan remaja atau ABG yang berkonotasi negatif. Faktor-faktor itu antara lain sebagai berikut : Pertama, faktor ekonomi. Sejalan dengan sifat kejiwaannya yang disebutkan di atas para remaja atau ABG banyak memerlukan kebutuhan hidupnya yang butuh uang untuk memenuhinya. Misalnya, kebutuhan untuk pakaian (baju, sepatu, dan lain-lain), alat-alat kecantikan, termasuk parfum yang harganya tidak murah, kendaraan, hiburan, makanan yang serba nikmat, teman becengkrama, dan sebagainya. Tuntutan itu terkadang tidak dapat dipenuhi oleh orang tuanya karena kesulita ekonomi atau melampaui batas kesanggupan orang tua. Kebutuhan terhadap hal-hal yang bersifat fisik tersebut semakin dipersubur dengan semakin berkembangnya gaya dan pola hidup hedonistik, materialistik adalah paham yang mengutamakan materi diatas segala-galanya. Kedudukan dan kehormatan seseorang semata-mata diukur dari sejauh mana ia memiliki materi. Keadaan itu mendorong anak remaja atau ABG yang kurang imannya mencari uang dengan caranya sendiri. Untuk mendapatkan uang yang dibutuhkannya ada ABG yang mau menyerahkan dirinya, dan ada pula yang mengambil siasat menyelamatkan diri dengan caranya sendiri. Kedua, faktor sosial. Keadaan masyarakat yang cendrung semakin individualistik atau mementingkan diri sendiri, menyebabkan bersikap “elu-elu”, “gue-gue”, cuek habis, masa bodoh, tak perduli terhadap urusan orang lain. Keadaan ini menguntungkan bagi orang yang ingin berbuat tidak baik, toh perbuatannya itu tidak akan diperdulikan atau dilarang oleh orang lain.
Hal yang demikian misalnya berbeda dengan keadaan masyarakat agraris dimana kebersamaan dan kontrol sosial masih cukup efektif, sedangkan di masyarakat perkotaan kontrol sosial tersebut semakin pudar dan melemah. Ketiga, faktor psikologis atai kejiwaan. Ketahuilah bahwa para remaja atau ABG memiliki jiwa yang suka pada yang indah-indah, ingin dimanja, rekreatif, penuh daya fantasi, yang indah-indah, jiwa dan pribadinya belum terbentuk. Keadaan demikian menyebabkan para remaja mudah terkena pengaruh negarif. Keadaan ini lebih terasa lagi terjadi pada masyarakat modern seperti yang gejalanya sudah mulai telihat. Keempat, faktor politik. Kebijakan pemerintah dalam berbagai bidang, teruta,a bidang pembangunan yang semula banyak menekan aspek materi menyebabkan orang terlalu mengutamakan materi. Hal yang demikian berakibat pula terhadap corak pendidikan yang semula lebih mengarah pada pembinaan kognitif, ketimbang afektif dan psikomotor.
Fenomena ini menjadi bisnis yang meraup keuntungan yang tidak sedikit, hingga berduyun-duyun ABG rela waktunya di pergunakan untuk hal seperti ini. Tidak sedikit pihak televisi membayar cuma dengan sekotak makanan, banyak anak alay yang sudah senang wajahnya bisa muncul di televisi. Lebih menyedihkan yang terjadi pada kasus siswi SMP yang menjadi mucikari menjual tiga ABG. Ke manakah pendidikan akhlak dan moral pada ABG ini sebagai penerus bangsa ?
0 komentar:
Post a Comment